PATI, suaramuria.com – Berkat keong emas, lima siswa SMPN 3 Pati Kabupaten Pati ini meraih medali emas ajang international Science Invention Fair (ISIF), awal November ini. Hebatnya lagi, inovasi pupuk keong emas siswa SMPN 3 Pati itu juga dianugerahi special award.
Kelima siswa berprestasi itu adalah Alysia Putri Sugiharto, Galang Pandu Rifka Pratama, Nafis Al Rizal Rahman, Muhammad Jazilul Atho’ dan Achmad Khoirul Rozaq.
Mereka menyulap hama padi itu menjadi pupuk yang mengandung nutrisi tinggi untuk tanaman.
Nafis Al Rizal Rahman menuturkan, inovasi kelompoknya itu mendapatkan penghargaan di bidang lingkungan pada ajang ISIF.
Inovasi itu muncul ketika ia dan timnya mendengar informasi tingginya penggunaan pupuk kimia. Terlebih pasokan pupuk kimia untuk tanaman pertanian juga kerap tersendat.
Melihat kondisi itu, Nafis dan rekan-rekannya mencari bahan pengganti untuk pupuk tanaman. Dari referensi yang ia dapat, hama keong emas yang marak di musim penghujan saat ini memiliki nutrisi tinggi untuk tanaman.
Dari ide itu muncul gagasan untuk mengolah hama keong mas menjadi pupuk alami. “Proses pembuatannya juga cukup mudah,” katanya.
Pupuk keong mas itu dibuat dari campuran air bekas cucian beras, larutan gula merah, air kelapa dan daging keong emas.
Caranya, air cucian beras tinggal dicampurkan dengan activator, kemudian didiamkan selama 24 jam. Setelah itu, campuran itu ditambahkan larutan gula merah dan air kelapa serta daging keong emas yang telah dihaluskan.
Indikator
Campuran itu kemudian dimasukkan kedalam ember dan ditutup plastik secara rapat. Ember itu disambungkan ke selang dengan botol yang telah diisi air setengahnya. Kemudian didiamkan selama 14 hari.
“Salah satu indikator keberhasilannya nanti akan menghasilkan aroma wangi yang khas jadi tidak bau,” katanya.
Mereka telah melakukan uji produk pupuk keong emas tersebut. Hasilnya, pupuk itu mampu menambah diameter batang, menambah buah, serta yang utama pengurangan hama dan meminimalisir penggunaan kimia pada lahan pertanian.
Guru pembimbing sains SMPN 3 Pati M Rauf menambahkan, temuan peserta didiknya ini begitu penting bagi dunia pertanian. Lantaran mampu berinovasi pupuk yang ramah lingkungan.
“Apalagi diketahui jika sejumlah produk pertanian ditolak saat ekspor lantaran kandungan kimianya yang cukup besar. Kami berharap pupuk ini bisa menjadi salah satu solusi petani kita lantaran ramah lingkungan dan tidak mengandung racun,” katanya. (srm)