

JEPARA, suaramuria.com – Adam dan Bara (Bukan nama sebenarnya) begitu sumringah menerima bingkisan hadiah boneka doraemon yang diletakan di depan rumahnya. Bocah kembar penderita covid-19 pertama di Jepara itu menjalani isolasi mandiri di rumah.
Hadiaha itu dibawa langsung oleh Kepala Puskesmas Kedung II Jepara Suhadi. Selain dua boneka, ia juga membawa bingkisan berisi susu formula, hingga popok. Barang-barang tersebut diletakkan di depan pintu rumah mereka.
Sementara keluarga itu menerima dari dalam rumah dengan suka cita.
Boneka dan bantuan lainnya ini merupakan hasil sumbangan secara patungan dari tenaga kesehatan (nakes) di Puskesmas Kedung II. Bantuan tersebut diberikan atas empati dari nakes terhadap pasien dan keluarga yang harus isolasi mandiri.
BACA JUGA :Dikawal Patwal, Ratusan Santri Jepara dan Demak Kembali Ponpes Sarang
Dua balita kembar usia dua tahun ini sebenarnya tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kehadiran orang lain di sekitar rumahnya tentu menjadi kebahagiaan yang tak terkira.
Sudah berhari-hari, ia dan keluarga harus menjalani isolasi mandiri di dalam rumah. Pasalnya satu dari dua balita tersebut terkonfirmasi positif covid-19, setelah sempat dirawat di salah satu rumah sakit swasta di Jepara.
Kondisi bocah kembar penderita Covid-19 itu terus membaik. Namun, bukan tidak mungkin keluarga yang lain di dalam rumah itu juga terpapar virus yang sama.
Pihak Puskesmas telah melakukan tracing dan memperoleh belasan kontak erat dan akan dijadwalkan untuk tes swab. Bahkan, diduga balita tersebut terular dari orang tanpa gejala (OTG) yang masuk kluster pasar ikan.
Menurut Suhadi, perkembangan penularan Covid-19 di Jepara terutama di wilayah Puskesmas Kedung II semakin meningkat. Kluster pasar ikan menjadi sumber penularan yang sangat cepat. Lebih dari 24 orang dalam kluster ini yang sudah terkonfirmasi positif.
Pertama Terkonfirmasi Covid-19
Bahkan, balita di Desa Karangaji, Kecamatan Kedung menjadi pasien balita pertama di Jepara yang terkonfirmasi positif covid-19.
Di tengah banyaknya pasien covid-19 ini, sayangnya stigma negatif masih disematkan oleh masyarakat secara umum. Dampaknya, banyak pasien yang tidak mau mengaku. Bahkan, yang lebih tragis, pasien justru dihindari. Padahal, pasien membutuhkan dukungan dari lingkungan dan masyarakat sekitar.
”Pasien yang harus isolasi otomatis tidak bisa bekerja. Harusnya masyarakat sekitar berempati, saling membantu, contoh kecil memberi makanan dan lain-lain,” terangnya. (SRM)