KUDUS,suaramuria.com – Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kudus mendorong Pemkab Kudus siap mengantisipasi dini munculnya pasien penyakit hepatitis misterius yang melanda belakangan ini.
Penguatan protokol kesehatan bagi anak sekolah perlu ditingkatkan beriringan diberlakukannya pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen.
Hal ini mengemuka pada rapat kerja Komisi D DPRD Kudus bersama Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpor), RSUD Loekmonohadi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Rabu (18/5).
BACA JUGA : Komisi D Desak Perbaikan Gedung Puskesmas Segera Dilaksanakan
Ketua Komisi D DPRD Kudus Ali Ihsan mengatakan, Pemkab Kudus melalui instansi terkait perlu segera mengambil langkah cepat untuk antisipasi penyakit hepatitis misterius itu.
Meskipun di Kudus belum terjadi laporan terjangkitnya kasus tersebut. Ali mengatakan, pihaknya tak ingin kasus tersebut terulang kembali seperti ledakan Covid-19 2021 silam.
“Sosialisasi perlu digencarkan kepada masyarakat, agar tidak cemas. Antisipasi penyiapan tenaga medis dan ketersedian BOR (Bed occupancy rate) juga diperhatikan,” katanya.
Ali Ihsan juga menyoroti jumlah ketersedian BOR di RSUD dr Loekmonohadi Kudus melonjak hingga 95 persen. Padahal BOR secara proposional keterisiannya 80 persen.
Sementara itu, Anggota Komisi D DPRD Kudus Nur Hudi menambahkan, Pemkab Kudus perlu mengambil langkah kongkri. Ia mencontohkan, Pemkab harus siap dari segi anggaran hingga penyiapan sarana pra sarana dan tim medis.
“Perlu langkah kongkrit dalam penanganan hal ini, supaya Kudus diluar sana tidak lagi dipandang buruk seperti lonjakan kasus Covid-19 lalu,” tambahnya.
Skrining Awal
Menanggapi hal tersebut, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Loekmonohadi Kudus dr Abdul Hakam mengatakan, RSUD Kudus telah menyiapkan langkah antisipasi secara dini. Pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit telah menjalani skrining awal dengan pengecekan sampel darah.

Skrining tersebut untuk mendeteksi HIV, Covid-19, maupun hepatitis.
“Hanya saja hepatitis A hingga E, jika itu negatif indikasinya ke hepatitis misterius. Sampel akan dikirimkan ke RS Kariyadi untuk dilakukan pemeriksaan dan baru didiagnosis,” katanya.
Hakam menambahkan, ada indikasi gejala jika terkena hepatitis misterius. Gejalanya seperti hepatitis pada umumnnya. Awalnya, badan terasa mual dan ingin muntah. Selanjutnya merasakan panas lebih dari satu Minggu atau bisa kurang tiga hingga empat hari.
Untuk pencegahannya, Hamkam mengimbau selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Mencuci tangan, memakai masker, dan mengkomsumsi makanan yang bersih sekaligus higenis. Kebanyakan yang terserang hepatitis adalah anak usia SD hingga SMP.
“Harus mengedukasi anak-anak, harapannya di sekolah makanannya tertutup,” katanya.
Hingga sampai dengan saat ini, belum ada pasien yang terkena penyakit hepatitis misterius tersebut. Hanya saja ketika dilakukan pemeriksaan penyakit yang diderita lebih mengarah ke serangan maag.
Sedangkan untuk keterisian BOR usai Lebaran ini mengalami lonjakan hingga 95 persen. Kecendurangan penyakitnya adalah metabolik yang menyerang orang dewasa.
“Penyakit seperti gula dan darah tinggi, sebetulnya efektifitas keterisian 80 persen. Jika penuh akan menganggu pasien yang menjalni persalinan,” ungkapnya.
Sekretaris Disdipora Kabupaten Kudus Dian Vitayani mengatakan, meski sudah diberlakukan PTM 100 persen pengawasan prokes siswa tetap diawasi. Sebab di sekolah tetap dibentuk Satgas.
“Kantin di sekolah juga sudah di buka lagi, kami memberikan edaran tidak boleh makan di tempat dan prokes tetap dijalankan,” katanya. (srm)