KUDUS, suaramuria.com – Setiap musim hujan tiba, bencana banjir tak terhindarkan di Desa Temulus, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus. Tak hanya permukiman penduduk, lahan pertanian di desa yang dilintasi alur kali Juana (JU) 1 kerap terendam berbulan-bulan.
Tak ingin pasrah melihat kondisi itu, warga Desa Temulus melihat potensi ekonomi dari banjir yang kerap melanda desa. Sejak 2019, warga Temulus merintis wisata yang memanfaatkan “kelebihan” air itu.
Aliran JU 1 yang menjadi tumpuan pertanian di sulap menjadi spot wisata menarik. Bermodal dana patungan, warga membuat dermaga kecil dari bambu yang dengan aneka hiasan sedemikian rupa. Mereka mendatangkan perahu yang siap mengantar warga menyusuri aliran JU 1.
BACA JUGA : Pelaku Usaha Pariwisata di Jepara Dibekali Alat Prokes
Tiket bagi pengunjung yang hendak naik perahu wisata sebesar Rp 5 ribu per orang. Mereka akan menyusuri alur JU 1 sejauh 2,5 kilometer.
Kepala Desa Temulus Suharto mengatakan, total dana untuk menata ini mencapai Rp 60 juta. Sumbernya dari dana swadata. “Kami mulai merintis sejak tahun 2019, objek wisata ini kami resmikan 26 Januari 2020. SK rintisan desa wisata turun pada Juli 2020,” kata Suharto.
Tak berhenti disitu, Suharto juga melihat ada potensi dari lahan pertanian yang selalu tergenang air setiap tahun. Lahan banda desa yang nilai sewanya kecil ia sulap menjadi kolam-kolam pemancingan.
“Karena pendapatan dari sewa lahan sangat kecil, kami ubah menjadi kolam-kolam pemancingan untuk wisata. Kami juga tempatkan perahu untuk mengantar pengunjung berkeliling,” katanya.
Optimisme Warga
Kehadiran objek wisata baru itu melahirkan optimisme warga Desa Temulus. Di tengah bencana yang seolah menjadi langganan tiap tahun, warga melihat ada potensi yang mampu menghasilkan pendapatan.
Hanya, pengelolaan wisata air di alur JU 1 itu masih terkendala perizinan. Pengelolaan JU 1 berada di bawah kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana.
“Dari pihak BBWS sudah memberikan lampu hijau. Kami akan segera mengurus perizinannya. Kami berharap ada dukungan dan bantuan dari Pemkab Kudus agar perizinan cepat rampung,” katanya.
Perizinan ini, kata Suharto, penting untuk pengembangan objek wisata tersebut. Pasalnya, pihaknya belum bisa mengalokasikan dana melalui anggaran desa karena persoalan kepemilikan lahan tersebut.
Menurut Suharto, pemanfaatan JU 1 itu tak hanya semata untuk mendatangkan rupiah semata. Melalui pemanfaatan alur sungai untuk wisata, secara tidak langsung warga juga akan merawat aliran sungai. “Sampah dan eceng gondok rutin kami bersihkan,” katanya. (srm)