PATI – Musim kemarau yang begitu ekstreem ini rupanya turut berdampak pada cadangan air di waduk Seloromo. Saat ini debit air di salah satu waduk penyuplai di Kabupaten Pati hanya tinggal 10 persen dari total tampungannya.
Operator Waduk Seloromo, Susanto mengatakan, saat ini debit air di salah satu waduk terbesar di Pati itu hanya tinggal 600 ribu meter kubik saja. Jumlah itu diakuinya hanya bisa untuk pembasahan tanggul saja, sementara untuk irigasi pertanian sudah dihentikan sejak pertengahan September.
“Sudah dari September kemarin air untuk mengaliri sawah kami hentikan. Karena dengan debit yang tinggal 600 ribu hanya cukup untuk pembasahan tanggul,” ujarnya.
BACA JUGA : Jaga Tradisi Literasi, Haedar Nashir Resmikan SM Corner di UMKU
Tahun ini dikatakannya, Waduk Seloromo atau warga biasa menyebutnya Waduk Gembong mengalami penurunan kapasitas tampung 9 juta meter kubik air. Dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 9,5 juta.
“Salah satu pengaruhnya memang karena minimnya curah hujan, sehingga mengalami penurunan 500 ribu dibandingkan tahun kemarin, habisnya pun cepat,” jelasnya.
Padahal diketahui jika Waduk Seloromo menjadi sumber pasokan irigasi bagi petani di lima kecamatan yaitu Kecamatan Gembong, Pati Kota, Tlogowungu, Margorejo dan Kecamatan Wedarijaksa. Sehingga surutnya debit air di waduk ini, berimbas pada sektor pertanian.
“Meski bulan November-Desember turun hujan, belum bisa mengaliri sawah karena tanahnya kering perlu pembasahan dulu. Kemungkinan bulan Januari 2020 baru bisa,”tambahnya
Akibat musim kemarau ini lahan pertanian memang terdampak cukup besar. Data Dispertarnak Pati, menyebut hingga 23 Oktober terdapat 3,937 hektare lahan terdampak kemarau. Rinciannya 479 hektare mengalami rusak ringan, rusak sedang seluas 463 hektare. Selanjutnya rusak berat 1.138 hektare, sementara sawah yang mengalami puso yakni 1.857. (SRM)