KUDUS,suaramuria.com – Pegiat seni dan lingkungan kumpul di Kudus menggelar Artsotika Muria. Event rutin yang tahun ini memasuki tahun keempat itu dipusatkan di Desa Japan, Kecamatan Dawe, Jumat – Minggu (25-27/11).
Artsotika Muria akan mengusung tema “Ngreksa Bumi Banyu Mili”. Tema itu membawa pesan pentingnya menjaga lingkungan terlebih mata air.
Event ini merupakan acara rutin tahunan yang melibatkan para aktivis lingkungan, seniman, budayawan, akademisi, serta masyarakat desa di seputar kawasan hutan Muria. Baik dari Kabupaten Kudus, Jepara, dan Pati.
BACA JUGA : Perangi Rokok Ilegal, Pemkab Kudus Gandeng Seninam Ketoprak
Gerakan Artsotika Muria perdana bermula di Desa Menawan dan Desa Jurang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, November 2019. Tahun kedua gerakan itu digelar di Desa Pangonan, Kecamatan Tlogowungu, Pati pada 2020.
Di tahun ketiga, Artsotika Muria menyambangi Desa Batealit, Jepara pada 2021.
“Kegiatan ini merupakan kegiatan swadaya dari para relawan. Dimana sama-sama memiliki tujuan bersama-sama menjaga tanah muria beserta kebudayaannya,” terang Dian puspitasari, ketua Artsotika Muria.
Gerakan itu digelar secara swadaya baik dari masyarakat setempat maupun para relawan. Baik dari pengisinya maupun sumber pendanaan serta ubarampenya. Warga dan relawan bahkan bergotong royong dalam pelaksanaan kegiatan itu.
“Hakekatnya, kegiatan ini adalah kolaborasi berbagai unsur masyarakat. Baik seniman, budayawan, akademisi, aktivis lingkungan dari Kudus, Pati, Jepara dengan warga tempat berlangsungnya acara ini,” katanya.
Meski begitu berbagai kegiatan menarik telah disiapkan dalam perayaan agung tersebut. Mulai dari kesenian, serasehan dan diskusi, workshop, pemutaran film hingga launching buku tentang Muria.
Diantara suguhan itu seperti parade barongan, pemutara video profil Desa Japan, tari wiwit kopi, biola bambu, serta berbagai pentas menarik lainnya. (srm)
